Hari Sabtu pukul 10 pagi tanggal 11 November 2016, saya ada keperluan menengok anak yang sedang sakit di Bandung. Perjalanan dari Jakarta ke Bandung ditempuh dalam waktu 3 jam. Saya tiba pukul 13. Perjalanan lancar. Di sepanjang perjalanan tidak ada kemacetan yang berarti. Biasanya tidak begitu, terutama setiap hari Sabtu. Yang kebanyakan perjalanan ditempuh minimal 3 jam 30 menit dan bahkan malah seringkali lebih lama, karena macet.
Sesampai di tempat kos anak, langsung diajak untuk pemeriksaan laboratorium di Prodia Wastukencana, Bandung. Sayang sekali, walaupun kantor masih buka, pemeriksaan belum
bisa dilakukan. Baru bisa dilakukan hari Senin, tanggal 13 November 2016.
Setelah dari laboratorium, anak
mengajak jalan ke Bandung Elektronic Center. Di dalam gedung terlihat ramai pengunjung. Ada yang melihat-lihat saja. Ada juga yang sedang
bertransaksi handphone dan laptop. Saya sendiri setelah masuk ke dalam, timbul
keinginan untuk membeli laptop. Sesudah banyak melakukan window shopping,
akhirnya membeli laptop merk Asus.
Dari Bandung Electronic Center,
kami berjalan kaki menyeberang ke Bandung Indah Plaza (BIP). Rencananya ingin
membeli 2 baju batik. Dari sekian banyak pilihan corak dan warna, diputuskan
tidak jadi membeli.
Saat sedang berkeliling, tercetus
keinginan untuk makan di Food Pantry (Food Court). Kami bersama istri dan anak,
makan di Texas Fried Chicken. Pilihan ini tidak ada yang istimewa. Hanya sudah
lama saja tidak makan di Texas, selain ada kenangan bersama dengan pacar (sekarang
jadi istri) waktu itu 35 tahun yang lalu.
Kami menikmati makanan yang dipesan.
Saat menikmati makan, di depan saya terlihat seorang laki-laki berumur kira-kira
50 tahun, sedang disuapkan makan oleh istrinya. Saya perhatikan bagian
sebelah kanan lumpuh (proses pemulihan ex penderita stroke). Nasi yang
disuapkan dibentuk kecil-kecil ditambah potongan ayam, dimasukkan ke mulut sang
suami. Nasi yang dimakan terlihat habis satu porsi.
Apa yang terlihat tersebut dari pandangan seorang terapis
yang hampir setiap hari mengobati penderita stroke, kejadian itu sangat
indah. Si pasien percaya diri. Sama sekali tidak merasa malu. Kepercayaan diri
inilah yang membantu proses penyembuhan sang pasien dengan cepat. Apalagi ditambah perhatian,
kesabaran, rasa mengabdi dan kepercayaan istri terhadap suaminya.
Semoga melalui tulisan ini dapat menginspirasi istri atau
suami yang pasangannya terkena stroke. Dan cara-cara yang dilakukan istri yang
bersangkutan dapat mempercepat kesembuhan stroke yang diderita.