Sebanyak 75,8 % penderita hipertensi di Indonesiaa belum terjangkau pelayanan kesehatan. Bahkan 50% dari para penderita tidak menyadari dirinya mengidap penyakit itu.
PENYAKIT hipertensi (tekanan darah tinggi) masih menjadi masalah serius di Indoensia saat ini. Sebanyak 26,5 % penduduk atau 1 dari 4 orang menderita hipertensi. Bahkan pada usia 65 tahun ke atas prevalensinya 1 dari 2 orang.
Akibatnya, masyarakat dan pemerintah harus menanggung beban ekonomi mencapai Rp 5 triliun hanya untuk rawat jalan enam bulan pertama di rumah sakit. Ironisnya, 50% penderita tidak mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi.
"Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan bahaya hipertensi merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya penyakit the silent killer itu. apa lagi penayakit ini tanpa gejala," kata Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia dr Nani Hersunarti SpJP, FIHA, pada temu wartawan sebelum dimulainya Kongres Hipertensi Asia Pasifik ke-11 di Convention Center Nusa Dua , Bali, kemarin.
Menurut Nani, banyak penderita hipertensi yang datang berobat sudah dengan komplikasi. Sebabnya, tekanan darah tinggi bisa mengakibatkan penyakit katastropik (bencana), seperti stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal.
Lebih lanjut, Nani mengutip Data riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, kasus hipetensi yang sudah minum obat masih rendah, yakni 24,2%. Itu artinya, sebagian besar (75,8%) penderita belum terjangkau pelayanan kesehatan. "Ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hipertensi guna menghindari komplikasi. Apalagi di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini perlu adanya input pada tata laksana hipertensi supaya penanganannya lebih optimal," tambah ahli jantung itu lagi.
Pada pertemuan internasional yang dihadiri 1.500 dokter dari 21 negara, antara lain Singapura, Thailand, dan Australia, itu tampil pembicara dari dalam dan luar negeri seperti pakar dari Inggris, Taiwan, Australia, Amerika, dan Jerman. Para dokter yang hadir umumnya terkait dengan komplikasi penyakit, yakni ahli saraf, jantung, dan ginjal.
Pada konferensi yang mengambil tema Keberhasilan pendendalian hipertensi akan menurunkan komplikasi stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal itu, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Arieska Ann Soenarta menuturkan, penyebab lain hipertensi ialah kebiasaan orang Indonesia mengonsumsi garam lebih dari 5 gram/hari. Adapun yang dianjurkan, tidak lebih dari 2 gram (1/2 sendok teh/hari) untuk penderita hipertensi. Bagi yang normal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan 2,5 gr per hari.
"Garam jelek untuk tekanan darah ke jantung karena pembuluh darah akan menebal, sel-sel otot juga membesar. Jadi semakin tinggi konsumsi garam, kemungkinan sakit jantung juga semakin tinggi," tandasnya.
Risiko meningkatnay kematian akibat konusmsi garam yang tinggi juga terjadi di negara-negara Uni Eropa. Penanganan di luar negeri, lanjutnya, bahkan menyasar restoran, dengan tidak dibenarkan lagi menyediakan garam di atas meja atau tiap masakan mulai mengurangi kadar garam.
Dokter spesialis saraf Yuda Turana mengatakan hipertensi tidak hanya terkait dengan stroke, tetapi juga kepikunan. (Ros/X-8)
puput@mediaindonesia.com
Hipertensi
Suatu keadaan tekanaan darah di pembuluh darah yang meningkat secara kronis.
Kriteria hipertensi:
Hasil pengukuran tekanan darah sistolik = 140 mmHg atau tekanan darah diastolik = 90 mmHg.
Rata-rata prevalensi hipertensi di Indonesia 25,8%