Malas bergerak atau populer dengan istilah mager merupakan
kebiasaan buruk yang harus dihindari. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Kementerian Kesehatan, Lily S. Sulistyowati mengatakan, kebiasaan malas bergerak
memicu berbagai penyakit tidak menular.
“Mager itu salah satu faktor risiko penyakit. Gaya hidup
anak-anak sekarang asyik dengan gadget, laptop, enggak pikir aktivitas fisik.
Jadi yang aktivitas otaknya saja,” kata Lily dalam diskusi di Jakarta, Kamis
(22/9).
Akibat mager, jumlah kalori yang masuk ke tubuh dan yang keluar
tidak seimbang. Lama kelamaan akan terjadi kenaikan berat badan yang bisa menjadi
obesitas.
Dalam jangka panjang penyakit jantung, stroke, hingga diabetes
mengintai mereka yang malas bergerak.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013, 42 persen penduduk Indonesia berusia di atas 10 tahun memiliki perilaku
kurang bergerak atau kurang aktivitas fisik.
Bahkan, menurut Global Health Risk: Mortality and Burden
Deases Attributable to Selected Major Risk dari World Health Organization
(WHO), kurang aktivitas fisik merupakan peringkat keempat penyebab kematian.
Selain kurang bergerak, faktor risiko lain yang mengundang
penyakit adalah kebiasaan merokok.
Menurut Lily, banyak anak merokok pada usia semakin muda,
sehingga datangnya penyakit pun jadi
lebih cepat.
“Penyakit jantung misalnya, sekarang banyak yang terkena di
usia muda, usia 15 sampai 24 tahun,” kata Lily.
Kebiasaan makan
terbalik
Usia muda bukan berarti terbebas dari penyakit tidak menular.
Justru kebiasaan hidup sehat harus dimulai dari usia muda.
Lily juga mengingatkan, pentingnya makan sayur dan buah. Berdasarkan
data Riskesdas 93,5 penduduk Indonesia berusia di atas 30 tahun pun kurang
makan buah dan sayur.
Menurut Lily, kebiasaan makan penduduk Indonesia seringkali
terbalik, yaitu lebih banyak karbonhidrat, seperti nasi.
Seharusnya, dalam satu piring makan, 50 persen adalah sayuran
atau buah-buahan, 25 persen protein, dan sisanya karbohidrat. (Kompas.com)