JAKARTA, KOMPAS – Membaiknya ekonomi, perubahan gaya hidup dan
makin panjangnya usia harapan hidup membuat jenis penyakit yang dihadapi masyarakat
berubah. Di negara maju, penyakit degeneratif yang tidak menular menjadi sumber
kesakitan dan kematian utama.
“Indonesia menghadapi beban ganda. Penyakit menular masih
jadi beban, tetapi prevalensi penderita penyakit tidak menular terus meningkat,”
kata Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti dalam seminar “Medical
Excellance Japan: Indonesia-Japan Medical Collaboration” di Jakarta, Kamis
(27/2).
Riset Kesehatan Dasar 2013 menyebut, pada tiap 1.000
orang ada 12,1 orang menderita stroke
dan 1,4 orang terkena kanker. Penderita penyakit paru obstruktif kronik sebanyak
3,7 persen, penyakit jantung koroner 1,5 persen, dan pengidap diabetes melitus 2,1
persen. Kondisi itu berlangsung saat Indonesia masih termasuk negara berpendapatan
menengah bawah dengan umur median
penduduk 29 tahun.
Adapun Jepang merupakan negera berpendapatan tinggi yang memiliki
umur median penduduk 46 tahun. Banyaknya penduduk tua membuat penyakit degeneratif
mendominasi. Untuk mengatasi itu, Jepang mengembangkan teknologi maju guna
mendiagnosis dan merawat penderita penyakit degeneratif.
Kuasa Usaha (ad interim) Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia
Junji Shimada mengatakan, seiring perubahan struktur penduduk, peningkatan
konsumsi dan perubahan gaya hidup, Indonesia akan menghadapi banyak persoalan dengan
penyakit degeneratif pada masa mendatang.
“Teknologi yang dikembangkan Jepang dapat dimanfaatkan
hingga standar medik di Indonesia bisa meningkat,” ujarnya.
Dilihat dari besarnya jumlah penduduk yang berisiko,
prediksi itu bisa jadi nyata. Sebanyak 56,7 persen laki-laki dan 1,9 persen perempuan
merokok. Selain itu, ada 19,7 persen laki-laki dan 32,9 persen perempuan
obesitas.
Jumlah penduduk tua di Indonesia diperkirakan meningkat
setelah 2030. Di sejumlah provinsi seperti DI Yogyakarta dan Jawa Timur,
peningkatan penduduk tua sudah terjadi.
Ali Ghufron mengatakan, peningkatan penderita penyakit tidak
menular di Indonesia akan menjadi beban ekonomi. Karena itu, deteksi dini
dengan teknologi yang tepat perlu dilakukan agar tingkat kesakitan dan kematian
akibat penyakit itu bisa ditekan.
Upaya pencegahan juga perlu digalakkan. Pola diet sehat dengan
gizi seimbang, meningkat aktivitas fisik, mengelola stres, serta membatasi
konsumsi rokok dan alkohol terus dikampanyekan. Pembatasan konsumsi gula,
garam, dan lemak juga harus diterapkan secara ketat.
Koichi Tanaka, President Kobe International Frontier Medical
Center, mengatakan, pihaknya telah bekerja sama dengan sejumlah rumah sakit di
Indonesia di bidang gastroenterologi dan hepatologi.
Dalam acara itu hadir 12 produsen peralatan kesehatan Jepang
yang memaparkan produk teknologi mereka. (ATK/MZW)