JAKARTA (Media) Fisioterapi dini untuk penanganan stroke dapat mengurangi angka kecacatan dan angka kematian akibat penyakit itu. Selama ini Sering kali terapi baru dilakukan beberapa minggu setelah serangan stroke.
Kendati melakukan terapi rangsangan otot dan sendi, pasien kerap kali melakukannya di luar prosedur rehabilitasi medis yang dianjurkan rumah sakit.
“Padahal bila terlambat datang ke dokter rehabilitasi medik, pasien akan berisiko mengalami keterlambatan pemulihan, pengembalian fungsi tubuh, dan menderita cacat permanen, “ kata dr Gunawan Susanto SpBS pada seminar bertajuk Menyongsong Hari Depan yang Lebih Cerah bagi Penderita Stroke yang diselenggarakan Rumah Sakit (RS) Husada di Jakarta, Sabtu (9/12).
Dokter spesialis bedah saraf itu menjelaskan, kenapa unit perawatan terpadu bagi penderita stroke itu penting. Karena , layanan dokter spesialis dalam unit tersebut akan menfokuskan diagnosis medis, diagnosis rehabilitasi, memberi rujukan terapi, menyusun program rehabilitasi, mengawasi, mengevaluasi, dan menindaklanjuti jalannya rehabilitasi. “Intinya memastikan penderita stroke menjalani tindak lanjut pengobatan yang tepat,” katanya.
Menurut Gunawan, perkiraan jumlah pasien yang terkena stroke di Indonesia kini mencapai lebih dari 400 ribu orang setiap tahunnya. Penderitanya sebagian besar adalah mereka yang berusia 45 tahun ke atas.
Selain memerlukan biaya penanganan yang tinggi, penyakit stroke bisa mengganggu produktivitas pasien. Angka kematian dan angka kecacatan permanen akibat stroke juga masih tinggi. Ia menambahkan saat ini angka kematian karena stroke di negara industri menempati urutan ke-3 setelah penyakit jantung dan kanker.
“Kehadiran unit stroke diharapkan mampu member penanganan optimal dan mencegah kekambuhan,” lanjut Gunawan.
Salah satu terapi yang sejak 1997 mulai diterapkan dalam unit rehabilitasi medis adalah fisioterapi dini. Tujuannya untuk merangsang otak bagian tertentu agar mengambil alih fungsi bagian yang rusak lebih dini.
“Bagian yang rusak pada otak akibat stroke dapat direorganisasi. Jadi fungsinya dapat diambil alih jaringan otak sekitarnya, walaupun tidak bisa semuanya,” katanya.
Karena itu, Gunawan menyarankan, sebelum terkena stroke masyarakat sebaiknya menghindari berbagai kebiasaan yang bisa menjadi pencetus serangan stroke. (QQ/H-2)