Jangan anggap remeh degupan jantung Anda. Irama yang cepat bisa bikin fatal.
Biasanya jantung yang berdegup kencang terjadi karena berolahraga,
terkejut atau bertemu dengan orang yang disayangi. Akan tetapi jika jantung berdegup
kencang tanpa sebab, wah, Anda musti waspada, nih! Bisa jadi Anda sedang mengalami
kelainan irama jantung atau biasa disebut dengan Fibrilasi Atrium (FA). Kelainan
ini disebabkan dari gangguan sinyal listrik pada serambi jantung sehingga membuatnya
tidak berfungsi dengan baik. Apa akibatnya? Stroke!
Walaupun penyebab stroke cukup banyak, namun gejala pertama
seseorang yang terkena FA itu adalah stroke.
“Penyebab stroke itu banyak, faktor lainnya juga termasuk hipertensi.
Yang perlu dicatat adalah jika seseorang hipertensi untuk menjadi stroke itu membutuhkan
waktu yang lama, bertahun-tahun sampai pembuluh darahnya rusak, gampang pecah
atau alirannya terhambat. Tapi kalau orang yang menderita FA cukup 48 jam dia bisa
terkena stroke, jadi sangat serius. Makanya 40% penderita FA memiliki gejala
pertama itu stroke. Dia tidak menyadari, tahu-tahu sudah stroke dan ternyata
FA,” jelas Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K), Guru Besar Ilmu Kardiologi dan
Kedokteran Vaskular FKUI.
Lalu, penanganan seperti apa yang harus dilakukan pada
penderita FA?
Pengobatan pertama untuk penderita FA adalah mengonsumsi obat.
“Mengonsumsi obat terdiri dari tiga pendekatan. Satu, obat pengencer darah untuk
mencegah stroke. Kedua, obat untuk mengendalikan laju supaya tidak cepat.
Ketiga, obat untuk mengembalikan irama FA ke irama normal lagi, jelas Yoga.
Nah, andai pendekatan dengan obat ini tidak berhasil maka bisa
dengan cara nonfarmakologi (non-obat). Cara kedua ini adalah tindakan ablasi, tindakan
untuk mematikan sumber-sumber listrik yang menyebabkan FA sehingga irama jantung
akan kembali normal. Namun, Yoga menambahkan, ada beberapa pasien dan kelompok
pasien yang bisa langsung dilakukan terapi non-farmakologi karena dianggap lebih efektif dan lebih bagus
untuk jangka panjang. Misalnya pasien FA yang berusia muda di bawah 60 tahun,
jika jenis FA-nya simptomatis dan gejalanya mengganggu, ablasi bisa menjadi
pilihan pertama.
Faktor Keturunan dan Pola Hidup
Salah satu penyebab seseorang menderita FA adalah faktor keturunan.
Menurut Yoga, sekitar 20% pasien FA mendapatkan gen yang berhubungan dengan keturunan.
Selain itu, pola hidup yang tidak sehat
juga memiliki dampak yang besar. Oleh karena itu, bagi penderita FA sebaiknya
menjaga pola hidup yang sehat, menghindari fastfood, dan mengurangi kadar garam
yang tinggi.
“Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI ini memiliki
Desa Research di Pamijahan, Bogor, yang ternyata 80% menderita hipertensi (tekanan
darah tinggi). Padahal tempat tinggal mereka di gunung, di kaki Gunung Salak. Kebanyakan
dari mereka sebetulnya banyak olahraga, jalan-jalan di gunung, tidak banyak
makan kolesterol, tapi pada kenyataannya banyak makan ikan asin.” Jelas Yoga.
Tetap Bisa Olahraga
Aktivitas fisik seperti olahraga memiliki efek yang baik bagi
kesehatan tubuh. Namun, bagi penderita FA, olahraga dan aktivitas sehari-hari memiliki
kesulitan tersendiri karena terjadinya peningkatan laju jantung yang lebih
tinggi.
“Harusnya terjadi peningkatannya sedikit, tapi bagi penderita
FA peningkatannya banyak. Akan tetapi olahraga tetap bisa dilakukan tapi tidak
ada pembatasan khusus olahraga yang dilakukan
dan olahraga apa pun boleh, yang penting tidak berlebihan,” tukas Yoga.