HIPERTENSI atau tekanan darah tinggi yang merupakan faktor utama pemicu penyakit jantung sejauh ini identik dengan konsumsi garam berlebihan. Namun, faktanya gula juga berkontribusi sama dengan garam terhadap peningkatan tekanan darah yang memicu penyakit jantung.
"Ini lebih pada faktor obesitas yang dipicu gula. Pasalnya sel lemak pada obesitas itu banyak mengandung hormon adiponektin, sifatnya vasokontriksi (pengecilan pembuluh darah). Ini yang membuat pembuluh darah menyempit dan memicu kenaikan tekanan darah," ungkap pakar hipertensi dr Suhardjono SpPD di sela acara Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran FKUI, di Jakarta, Sabtu (12/3).
Ia mencontohkan softdrink, yang mengandung zat fruktosa atau gula buah. Apabila sajian minuman ringan dikonsumsi secara berlebihan, bisa menimbulkan faktor obesitas pada usia muda. Ujungnya, obesitas akan memicu diabetes dan faktor aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah).
"Penyempitan pembuluh darah inilah yang kemudian menjadi faktor pemicu penyakit jantung," ujar Suhardjono.
Secara teoritis, Suhardjono juga menjelaskan, seseorang yang punya tekanan darah 140/90 mg Hg dikatakan sudah tergolong hipertensi. Akibatnya, ia memiliki risiko lebih besar terkena stroke dan jantung jika dibandingkan dengan mereka yang tekanan darah normal di bawah 120/80 mg Hg.
Ia mencontohkan softdrink, yang mengandung zat fruktosa atau gula buah. Apabila sajian minuman ringan dikonsumsi secara berlebihan, bisa menimbulkan faktor obesitas pada usia muda. Ujungnya, obesitas akan memicu diabetes dan faktor aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah).
"Penyempitan pembuluh darah inilah yang kemudian menjadi faktor pemicu penyakit jantung," ujar Suhardjono.
Secara teoritis, Suhardjono juga menjelaskan, seseorang yang punya tekanan darah 140/90 mg Hg dikatakan sudah tergolong hipertensi. Akibatnya, ia memiliki risiko lebih besar terkena stroke dan jantung jika dibandingkan dengan mereka yang tekanan darah normal di bawah 120/80 mg Hg.
Konsumsi gula berlebih membahayakan mereka yang punya tekanan darah 140/90 mg Hg serta tekanan diastolik (tekanan saat jantung bereleksasi) 0,8 mg Hg. Namun, konsumsi gula berlebih pun bisa memicu hipertensi bagi mereka yang tekanan darahnya normal.
Sebab itu, guna meminimalkan faktor hipertensi itu, Suhardjono mewanti-wanti untuk mengurangi konsumsi gula secara drastis, atau bahkan tidak sama sekali. "Jangan makan gula murni karena gula sebenarnya bukanlah zat gizi yang diperlukan seperti elektrolit. Fungsi gula hanya penikmat biar enak," tandas Suhardjono.
Suhardjono memandang zat pemanis itu pun sebenarnya tak diperlukan lagi bagi manusia lantaran secara alamiah sudah ada dalam makanan yang akan terolah menjadi gula. Ia mencontohkan karbohidrat yang setelah dikonsumsi, diolah tubuh menjadi tepung dan menjadi gula.
"Ini tak akan menyebabkan kadar gula naik dengan tiba-tiba karena ada proses pencernaan. Jadi lebih baik mengonsumsi gula cukup dari makanan sehari-hari yang dimakan," kata pakar hipertensi dari FKUI itu.
Menurutnya, cara terbaik guna mengurangi konsumsi gula tersebut yakni melakukan diet tanpa gula murni dan olahraga. Dengan diet tanpa gula murni, kandungan gula di dalam tubuh akan terkontrol dan tentunya tidak akan berlebihan.
"Adapun berolahraga sangat berguna karena bisa langsung membakar gula di dalam tubuh sebab gula memang bahan bakar. Berbeda dengan lemak yang sifatnya untuk disimpan. Karena itu, tak merugikan apabila olahraga selalu dilakukan setiap hari agar gula berlebih yang ada pada tubuh tak berubah jadi pemicu hipertensi dan penyakit jantung," pungkas Suhardjono. (*/H-2)
Diet Gu
Sebab itu, guna meminimalkan faktor hipertensi itu, Suhardjono mewanti-wanti untuk mengurangi konsumsi gula secara drastis, atau bahkan tidak sama sekali. "Jangan makan gula murni karena gula sebenarnya bukanlah zat gizi yang diperlukan seperti elektrolit. Fungsi gula hanya penikmat biar enak," tandas Suhardjono.
Suhardjono memandang zat pemanis itu pun sebenarnya tak diperlukan lagi bagi manusia lantaran secara alamiah sudah ada dalam makanan yang akan terolah menjadi gula. Ia mencontohkan karbohidrat yang setelah dikonsumsi, diolah tubuh menjadi tepung dan menjadi gula.
"Ini tak akan menyebabkan kadar gula naik dengan tiba-tiba karena ada proses pencernaan. Jadi lebih baik mengonsumsi gula cukup dari makanan sehari-hari yang dimakan," kata pakar hipertensi dari FKUI itu.
Menurutnya, cara terbaik guna mengurangi konsumsi gula tersebut yakni melakukan diet tanpa gula murni dan olahraga. Dengan diet tanpa gula murni, kandungan gula di dalam tubuh akan terkontrol dan tentunya tidak akan berlebihan.
"Adapun berolahraga sangat berguna karena bisa langsung membakar gula di dalam tubuh sebab gula memang bahan bakar. Berbeda dengan lemak yang sifatnya untuk disimpan. Karena itu, tak merugikan apabila olahraga selalu dilakukan setiap hari agar gula berlebih yang ada pada tubuh tak berubah jadi pemicu hipertensi dan penyakit jantung," pungkas Suhardjono. (*/H-2)
Diet Gu