Akupunktur tidak selalu aman. Banyak kasus kebocoran paru-paru dan hepatitis B.
PENGOBATAN lewat tusuk jarum selama ini dipercaya sebagai cara mudah dan sehat untuk menghalau berbagai macam penyakit. Banyak orang menjalani sejenis tusuk jarum, karena memandangnya lebih aman dan murah ketimbang pengobatan modern, yang terkadang membutuhkan pembedahan berisiko dan biaya yang tak kecil. Tapi kini masyarakat perlu berhati-hati memilih pengobatan alternatif itu, sebab banyak korban berjatuhan gara-gara tertarik pada akupunktur.
Buktinya, seperti dilaporkan Dokter Hagen Rampes, 300 pasien yang menjalani akupunktur menderita kebocoran paru-paru (penumothorax), mengantuk, mengalami peradangan tulang rawan, keracunan darah, dan tertular virus hepatitis B. "Sebanyak 100 kasus berupa kebocoran paru-paru," ujar dokter yang bekerja di Pusat Kesehatan Kensington dan Chelsea, London, tersebut. Kebocoran paru-paru ditandai dengan keluarnya gelembung udara yang memenuhi rongga pleura yang membungkus paru-paru.
Dari 300 pasien tersebut, tiga di antaranya berasal dari Inggris. Ketiga orang itu, Februari lalu, terpaksa masuk rumah sakit lantaran tubuh mereka terkontaminasi virus hepatitis B, sejenis virus yang merusak organ hati. Virus mematikan ini ditularkan lewat jarum yang dipakai para akupunkturis yang bekerja di Pusat Pengobatan Alternatif Finchley, Inggris. Diduga, akupunkturis telah bertindak ceroboh, yaitu menggunakan jarum yang tidak steril. Kini lembaga pengawas kesehatan berusaha mengontak 100 pasien lain yang sudah berobat di pusat pengobatan itu. Diduga, mereka juga tertular hepatitis. Menurut perhitungan kasar Rampes, satu dari 10.000 sampai 100.000 orang di dunia mengalami penderitaan serupa.
Banyaknya kasus ini membuat para ahli yang hadir dalam pertemuan akupunktur internasional di London, Senin pekan lalu, mewanti-wanti para pasien agar berhati-hati memilih tempat pengobatan akupunktur. Komplikasi serius dapat terjadi andai kata mereka sembarangan pergi ke lokasi praktek akupunktur yang tak memenuhi standar kesehatan.
Sejauh ini, 1 juta orang dewasa, atau 3% dari total penduduk Inggris, memilih cara medis yang relatif murah. Sebagian besar berobat dengan cara tusuk jarum, terutama untuk mengatasi sakit kepala, arthritis (sejenis penyakit tulang), stroke, asma, melangsingkan tubuh, dan menghentikan kebiasaan merokok. Bahkan dengan perkembangan modern, para dokter juga sudah mengembangkan akupunktur laser, yang dimanfaatkan untuk mengatasi gangguan makan atau mengatrol kecerdasan penderita. Padahal, menurut Dokter Adrian White, salah seorang peserta pertemuan ahli akupunktur di London itu, pengobatan lewat tusuk jarum baru terbukti mampu membantu mengatasi rasa mual, sakit pinggang, dan sakit gigi. Sedangkan untuk penyakit lain, termasuk sakit kepala, stroke, asma, serta penurunan berat badan, teknik pengobatan ala daratan Cina tersebut belum terbukti keandalannya.
Akupunktur merupakan pengobatan yang menggunakan prinsip qi dan konsep kesehatan Cina yin-yang, yaitu menyeimbangkan aliran energi tubuh pada titik-titik tertentu. Biasanya para ahli akupunktur mencobloskan jarum-jarum pada 14 aliran tubuh yang berkaitan dengan letak organ yang sakit. Jarum dialiri dengan listrik bertegangan 12 volt dalam jangka waktu yang sesuai dengan tingkat keparahan penyakit.
Setelah dirangsang dengan hantaran listrik, aliran itu akan merangsang sel-sel saraf (neurotransmitter) pada otak, termasuk endorfin. Senyawa yang berfungsi seperti morfin akan keluar dan melewati daerah yang sakit. Tak lama kemudian, rasa sakit akan lenyap. Tentu saja, untuk proses penyembuhan, pasien harus menjalani pengobatan akupunktur beberapa kali.
Dokter Rudy Kastono, ahli akupunktur pada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, tak terkejut dengan laporan tersebut. Kemungkinan besar, penyebab timbulnya proses keracunan darah dan hepatitis B adalah tidak sterilnya jarum, akibat para ahli akupunktur masih memakai jarum bekas. Menurut Rudy, kuman masih mampu hidup meskipun jarum sudah dibakar. Sedangkan kasus kebocoran paru-paru kemungkinan besar terjadi karena salah tusuk." Jarum yang seharusnya dimasukkan pada posisi miring dengan kulit justru dimasukkan secara tegak lurus," katanya.
Pencoblosan secara tegak lurus pada kulit di daerah kepala, dada, dan wajah, yang lebih tipis ketimbang kulit di bagian lain, misalnya, bisa merusak organ tubuh bagian dalam. "Untuk itu, teknik akupunktur bukan hanya asal tusuk, melainkan ada ilmunya tersendiri," kata Hembing Wijayakusuma. Menurut Ketua Himpunan Pengobatan Tradisional dan Akupunktur Indonesia ini, para akupunkturis harus mendapatkan latihan dan bekal ilmu yang memadai mengenai anatomi titik akupunktur, sebelum melakukan praktek.
Jika itu dipatuhi, Hembing yakin bahwa akupunktur tetap aman, sebab tak menggunakan obat-obatan yang memiliki efek samping. Metode ini cuma butuh jarum, kapas, dan alkohol, serta perangkat elektronik. Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah merekomendasikan akupunktur sebagai alternatif pengobatan, antara lain untuk penderita telinga, tangan dan kaki. Sejauh ini, komplikasi yang menimpa warga di Inggris itu belum terjadi di Indonesia. Buktinya, setiap bulan, 400-500 pasien masih doyan datang ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk menikmati pengobatan tusuk jarum.
Aries kelana dan Yuni Widarti