KADAR KOLESTEROL dalam tubuh harus diwaspadai, ujar dr. Sadoso Sumorsardjuno, pakar olahraga kesehatan. Alasannya, karena lemak dalam darah yang banyak macamnya ini bisa menimbulkan pelbagai penyakit. Apalagi jika digabungkan dengan trigliserid.
Kolesterol ada yang baik (HDL) dan yang jahat (LDL). HDL disebut kolesterol baik karena dalam aliran darah HDL ini membersihkan LDL yang ada dan membawanya kembali ke hati untuk dibuang ke luar tubuh. LDL berbahaya karena jika ketemu akan membentuk VLDL yang mudah masuk ke dinding pembuluh darah. Jika VLDL ini mengumpul terus di situ maka dapat terjadi penyempitan. Jika ada bekuan darah berat dalam aliran darah yang hendak melewati daerah yang mengalami penyempitan ini, maka terjadilah penyumbatan.
Penyumbatan pembuluh darah koroner akan menyebabkan serangan jantung pada penderita. Penyumbatan pembuluh darah otak atau leher akan mengakibatkan stroke. Sedang penyumbatan di pembuluh darah organ penis akan menyebabkan impotensia.
Agar terhindar dari dampak bahaya kolesterol maka kadar dan rasio kolesterol dalam tubuh kita harus diperhatikan. Rasio antara kolesterol total dengan HDL tidak boleh melampaui 4,5-5. Jika lebih tinggi daripada angka itu maka kemungkinan terjadinya salah satu jenis penyumbatan di atas akan semakin tinggi, maka kadar kolesterol dalam darah tinggi, tetapi jika HDL juga tinggi, maka ini akan relatif lebih aman daripada jika kadar kolesterol rendah tetapi HDL juga rendah.
Batas kadar kolesterol total yang aman adalah 200 mg per desiliter darah. Kadar HDL minimal adalah 50-55 mg; makin tinggi kadarnya makin baik sedang kadar LDL 150 mg/desiliter darah. "Penting diketahui bahwa aktivitas fisik yang cukup takarannya, termasuk olahraga, dapat meningkatkan kadar HDL dalam darah," tutur Dr Sadoso.
Untuk itu secara pribadi, ia melakukan aktivitas olahraga rutin tiga kali seminggu di Klub Aerobik PKO di Senayan, Jakarta. aktivitasnya mencakup olahraga jalan kaki 5 km dalam waktu 50 menit. Ini diikuti latihan beban selama 60 menit. Kegiatan ini sudah dilakukan sejak 18 tahun yang lalu, aku dokter yang spesialisasi kesehatan olahraganya diperoleh di Itali ini.
Dalam hal makanan, maka Dr. Sadoso selalu berusaha mengurangi memakan makanan yang kadar kolesterolnya tinggi. "Saya condong pada makanan berserat, terutama buah-buahan," ujar pria berusia 64 ini. Alasannya, karena buah-buahan mengandung 2 jenis serat: yang larut dengan air dan yang tidak larut.
Serat yang larut dapat menghalangi sebagian lemak yang dapat diserap oleh usus sehingga bisa membatasi jumlah lemak yang masuk ke tubuh. Di lain pihak, serat yang tak larut berperan dalam mempercepat proses pembuangan kotoran, yang berarti mempersingkat waktu lemak dalam tubuh sehingga peluangnya untuk diserap tubuh juga mengecil. @WI