Angin segar berhembus dari Amerika bagi mereka yang menderita tekanan darah tinggi (hipertensi). Ini menyusul kabar terbaru yang dilansir Altmedicine News Bulletin (Study Title: Treatment of Resistant Hypertension by Device-Guided Breathing) bahwa gangguan tekanan darah tinggi bisa dilakukan dengan cara yang lebih sederhana.
Berita ini bisa jadi membuat lega para penderita yang selama ini sudah sebel jika harus mengkonsumsi berbagai macam obat dengan kedisiplinan tinggi. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang akhirnya berakhir fatal dengan serangan mendadak seperti stroke.
Namun, menurut laporan Altmedicine itu penderita hipertensi ternyata bisa diobati melalui pelatihan pernafasan. Terlebih lagi bagi pasien yang sudah kebal terhadap obat dokter.
Adalah Benjamin Garvish, PhD, wakil ketua peneliti ilmiah dari InterCure Ltd, Israel, yang menemukan sebuah alat RespErate. Menurut kelompok kecil peneliti ilmiah di New York, alat ini mampu menuntun seseorang untuk bernafas lebih perlahan. RespErate sendiri hanyalah sebuah alat bantu untuk bernafas. Garvish sendiri telah tujuh kali melakukan percobaan penggunaan alat itu, yang kemudian dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Society of Hypertension di New York belum lama ini.
Garvish melakukan penelitian terhadap 17 orang penderita tekanan darah tinggi yang sudah mencapai kekebalan terhadap tiga hingga enam jenis obat anti hipertensi. Hasilnya 13 penderita (76%) telah mengalami perubahan dengan melakukan latihan pernafasan selama 15 menit per hari dengan panduan alat RespErate.
Sementara dalam tujuh percobaan klinis baru-baru ini RespErate telah mampu membuktikan adanya pengurangan rata-rata tekanan darah sekitar 14/9 mm Hg. Hasil penelitian itu menyimpulkan pernafasan dengan alat tersebut ternyata menyebabkan otot di sekeliling pembuluh darah melebar sehingga aliran darah lebih mudah dan mengurangi tekanan darah.
Menurut para dokter, RespErate sangat membantu mengobati systolic yang terisolasi dan darah tinggi yang sulit disembuhkan. Dr Garvish sendiri menganggap kesuksesan penderita tekanan darah tinggi melakukan pernafasan secara perlahan menyebabkan arteri mereka menjadi elastis.
Namun sebagaimana dengan pengobatan terapi umumnya. Penggunaan alat RespErate juga tidak bisa instan. Sebaliknya juga akan menguji kesabaran penderita. Biasanya hasil terapi seperti itu baru bisa terlihat setelah penggunaan berulang-ulang.
Begitu juga dengan terapi pernafasan perlahan dengan alat RespErate. Biasanya penurunan darah baru akan terlihat setelah penggunaan selama satu bulan. Menurut Garvish alat tersebut dapat digunakan dengan teratur selama 15 menit dan setiap hari selama tiga atau empat minggu. Frekuensi bernafas berkurang dari 14 hingga 19 per menit sampai frekuensi optimum yakni kurang dari 10 kali per menit.
Beberapa tahun sebelumya Garvish beranggapan bahwa bertambahnya volume udara pernafasan pada paru-paru dan akibat berkurangnya aliran keluar sympathetic merupakan salah satu aspek penting dari hipertensi. "Terdapat banyak aspek dari penyakit cardiovascular (jantung) yang tidak dapat diatur seperti denyut jantung tetapi Anda bisa mengatur frekuensi pernafasan," tandas Garvish, seorang spesialis dalam bidang microcirculation.
Pemikiran seperti itu mendorong Dr. Garvish lebih mendalami penelitian kaitan antara pernafasan dan system cardiovascular dan akhirnya membawa pada pengembangan alat RespErate. (dw/altmedia news bulletin)