Januari 2015 jadi momen paling sial dalam hidup Gerald Liew. Di akhir bulan itu, pengusaha asal Singapura itu harus menerima kenyataan pahit bakal cacat seumur hidup. Nahasnya, kenyataan tersebut bahkan menghampirinya tanpa ia sadari.
Ya, Gerald yang semula manusia sehat, jadi invalid dan buta realitas lantaran otaknya hancur. Mengutip kumparan. Peristiwa celaka itu terjadi saat Gerald sedang mengikuti prosedur "cuci otak" dokter Terawan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Usai cuci otak, Gerald mestinya bangun. Namun ternyata, ia tak bisa membuka mata. Ia pun tampak kesulitan untuk bangkit, sehingga keluarganya langsung merasa ada yang salah.
Mereka (tim dokter) mengatakan prosedur hanya akan berlangsung 20-30 menit, tapi nyatanya keseluruhan prosedur berlangsung selama 1,5 jam. Dan setelah kami sadar ada sesuatu yang salah, kami memanggil dokter Terawan kembali ke ruangan. Ayah saya kemudian dibawa ke ruang operasi. Di sana, dia menghabiskan waktu tujuh jam," kata John Liew.
Sepupu John, Sarah Diana, pada hari yang sama membeberkan rincian kisah yang menimpa pamannya tiga tahun lalu itu. Alih-alih ribut di Jakarta, John memutuskan untuk membayar biaya "operasi kecil" gagal itu sebesar Rp 122 juta lebih (setelah didiskon 30 persen karena
"kecelakaan" yang terjadi, lalu menyewa pesawat medis (ambulance) guna membawa Gerald kembali ke Singapura, dan menyerahkan sang ayah ke tangan ahli syaraf di RS Mount Elizabeth, Singapura.
Sewaktu keluarga menceritakan kronologi musibah yang menimpa Gerald di Indonesia, ujar Sarah, "Dokter di Singapura heran kenapa Dokter Terawan mengambil tindakan itu (coiling). Memang ada kemungkinan aneurisma, tapi bisa jadi itu 10 tahun lagi, 20 tahun lagi. Bisa saja Uncle sudah mati duluan karena sebab lain. Jadi (coiling) gak diperlukan karena malah berisiko." Arif
"Di sini, tugas organisasi adalah meningkatkan skill anggotanya. Misalkan dengan memperbanyak magang, seminar, dan lokakarya, ke negara yang jago stroke. Jangan ngurusin izin praktek. Ity mestinya urusan pemerintah," pungkas Hendro. Arif